BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Individu
Manusia adalah makhluk
yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum
Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang
mempersoalkan hakikat manusia maupun objek materil yang mempersoalkan manusia
sebagai apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagai mana dikenal
adanya manusia sebagai makhluk yang berfikir atau “homo sapiens”, makhluk yang berbentuk atau “homo faber”, makhluk yang dapat dididiki atau “homo educandum”, dan seterusnya merupakan pandangan-pandangan
tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan dilakukan terhadap
manusia tersbut. Berbagai pandangan itu membuktikan bahwa manusia makhluk yang
kompleks. Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu pandangan bahwa yang di
maksud manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan
pengejawantahan manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat
kodrati manusia yang seimbang antar berbagai segi, yaitu antara segi :
a. Individu
dan sosial,
b. Jasmani
dan rohani,
c. Duni
dan akhirat.
Keseimbangan hubungan
tersebut menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dan dirinya, manusia
dengan sesama manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya, dan
manusia dengan Tuhan.
Uraian tentang manusia
dengan kedudukannya sebagai peserta didik, haruslah menempatkan manusia sebagai
pribadi yang utuh. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih
ditekankan hakikat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dalam
makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan
dengan menetapkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di akhirat.
Sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut merupakan hal yang secara mutlak di sandang
oleh manusia, sehingga setiap manusia pada dasarnya sebagai pribadi atau
individu yang utuh.
Berdasarkan pengrtian
tersebut dapat di bentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang
perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa
perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaaan dan
sikap-sikapnya. Jadi anak dibantu oleh guru, orang tua, dan orang dewasa
lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang di ingingkan.
Bukti-bukti telsh jelas
bahwa seorang anak tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah sempurna.
Dengan sendirinya pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, berfikir, atau
pembentukan pengalaman harus dipelajari. Barangkali tidak ada minat yang
bersifat alami, tetapi dorongan-dorongan potensi tertentu atau impul-impul
tertentu membentuk dasar-dasar dari minat apa saja yang di kembangkan anak di
lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang.
Sejak lahir, bahkan
sejak masih di dalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis
atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan sifat kodrat manusia yang harus
mendapat perhatian secara seksama.
Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya
bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa
yang terjadi di luar dirinya. Ia sudah merasa senang apabil kebutuhan fisiknya
seperti : makan,minum, dan kehangatan tubuhnya terpenuhi. Dalam perkembangannya
lebih luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu saat ia membutuhkan fungsi
alat berkomunikasi (bahasa) semakin penting. Ia membutuhkan teman, keamanan,
dan seterusnya. Semakin besar anak, maka kebutuhan non-fisiknya semakin banyak.
2. Karakteristik
Individu
Setiap individu
memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang di
peroleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan yang dimiliki
sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupu faktor sosial
psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadian terbawa pembawaan dan
lingkugan; merupakan dua faktor yang terentuk karena faktor terpisah,
masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan
lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa
apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh
seorang anak, remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa
yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh
lingkungan.
Seorang anak mungkin
memulai pendidikan formalnya di tingkat taman kanak-kanak pada usia 4 tahun
atau 5 tahun. Pada awal ia memasuki sekolah mungkin tertuda sampai ia berusia 5
atau 6 tahun. Tanpa mempedulikan berapa umur seorang anak, karakteristik
pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang dibawanya ke sekolah akhirnya terbentuk
oleh pengaruh lingkungan dan hal itu tampaknya mempunyai pengaruh penting
terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kelak
kemudian.
Natur merupakan istilah
yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu
dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh
mana seseorang dilahirkan menjadi seorang individu seperti “dia” atau sejauh
mana seseprang individu di pengaruhi subjek penelitian dan diskusi.
Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung
lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan sosial
psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru
lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan
garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pertumbuhan atau konspsinya kehidupan
yang baru itu secara berkesinambungan di pengaruhi oleh banyak dan
bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masig perangsang
tersebut, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain,
semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya
tingkah laku manusia yang di bawa sejak lahir. Hal itu akhirnya mementuk suatu
pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu
yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
3. Perbedaan
Individu
Dalam
aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu : (i)
semua diri manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan didalam pola perkembangannya,
dan (ii) Kelompok di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk
warisan manusia secara biologis dan sosial. Tiap-tiap individu mempunyai
kecenderungan berbeda. Perbedaan - perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih
banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif. Individu menunjukkan
kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan.
Sifat
individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perorangan, berkaitan
dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda
dengan yang lain. Perbedaan tersebut disebut perbedaan individu atau perbedaan
individual. Maka “perbedaan” dalam“perbedaan individual” menurut Landgren
(1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun
psikologis. Secara umum, perbedaan individual yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan pengajaran dikelas adalah faktor – faktor yang menyangkut kesiapan
anak untuk menerima pengajaran karena perbedaan tersebut akan menentukan sistem
pendidikan secara keseluruhan.
Perbedaan
- perbedaan tersebut harus diselesaikan dengan pendekatan individualnya juga,
tetapi tetap disadari bahwa pendidikan tidak semata-mata bertujuan untuk
mengembangkan individu sebagai individu, tetapi juga dalam kaitannya dengan
pola kehidupan masyarakat yang bervariasi.
Bidang-Bidang
Perbedaan Dalam kaitannya dengan perbedaan individu hendaknya selalu diingat
bahwa perbedaan dalam kualitas atau ciri – ciri adalah berjenjang. Tidak ada
penggolongan anak – anak ke dalam satu kategori atau sama sekali tidak termasuk
dalam suatu kategori. Garry 1963 (Oxendine, 1984) mengkategorikan perbedaan
individual ke dalam bidang – bidang berikut:
1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan,
jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial
termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3. Perbedaan
kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan
inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan kecakapan
atau kepandaian di sekolah. Dalam kehidupan setiap manusia berhubungan dengan
manusia lain dan lingkungan di luar dirinya.
Tiap
manusia berhubungan dengan manusia lain, dengan sesamanya. Manusia juga
berhubungan dengan Sang Pencipta atau dengan Tuhan-nya, maka manusia beragama. Manusia
hidup berkelompok dan berkeluarga, sesuai dengan sifat dan genetik orang
tuanya. Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial
membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak.
Adapun bidang – bidang
dari perbedaannya, yakni:
a.
Perbedaan
Kognitif Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah,
menghasilkan 3 pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy bloom, yaitu
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan
yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berarti ia
menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentu suatu
persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi
miliknya. Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi tiap – tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil
belajar. Proses belajr mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang
bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang
telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil
belajar yang diukur dengan tes hasil belajar. Inteligensi (kecerdasan) sangat
mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Antara kecerdasan dan nilai
kemampuan kognitif berkolerasi tinggi dan positif, semakin tinggi nilai
kecerdasan seseorang semakin tinggi kemampuan kognitifnya.
b.
Perbedaan
Individual dalam Kecakapan Bahasa Bahasa merupakan salah satu kemampuan
individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam
berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk
menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh
makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa dangat dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara). Banyak
penelitian eksperimental telah dilakukan dengan tujuan untuk menemukan faktor –
faktor psikologis yang mendasari keberhasilan atau kegagalan dalam penguasaan
bahasa. Individu – individu yang memasuki kegiatan – kegiatan di sekolah
formal, pada dasarnya telah membawa kebiasaan – kebiasaan sebagai hasil
belajar, baik dari lingkungan pendidikan prasekolah maupun dari latar belakang
kehidupan sebelumnya.
c.
Perbedaan dalam
Kecakapan Motorik Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh
syaraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan – kegiatan tersebut terjadi
karena kerja saraf yang sistematis. ransangan indra saraf sensoris (perintah)
pusat respon penerima saraf motorik (kegiatan) perintah Dari gambar di atas,
saraf pusat (otak) yang melaksanakan fungsi sentral dalam proses berpikir
merupakan factor penting di dalam koordinasi kecakapan motorik. Ketidaktepatan
dalam pembentukan persepsi dan penyampaian perintah, akan menyebabkan
terjadinya kekeliruan respon dan atau kegiatan – kegiatan yang kurang sesuai
dengan tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inteligensi merupakan
faktor dalam bentuk yang lebih tinggi dari keterampilan motorik. Secara umum
koordinasi motorik dan kecakapan untuk melakukan suatu kegiatan yang kompleks
membutuhkan keterampilan motorik yang lebih kompleks pula. Kemampuan motorik
dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir.
Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berpikir setiap orang
berbeda-beda, maka hal itu membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing –
masing, dan dengan demikian kecakapan motorik setiap individu akan berbeda
-beda pula.
d.
Perbedaan dalam
Latar Belakang Dalam suatu kelompok siswa, perbedaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing – masing dapat memperlancar atau menghambat
prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Minat
dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan –
kebiasaan kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan –
bahan pelajaran, dan kebiasaan – kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor –
faktor perbedaan antara para siswa.
e.
Perbedaan dalam
Bakat Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan
tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan den
pemupukan secara tepat. Sebaliknya bakat tidak dapat berkembang sama sekali,
manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti
tidak ada ransangan dan pemupukan yang menyentuhnya. Perkembangan bakat
dimiliki siswa secara individual. Meskipun inteligensi umum merupakan faktor
dari hamper semua atau bahkan semua bidang penampilan atau performasi, namun
hasil tes inteligensi yang selama ini dilaksanakan beum terkait dengan beberapa
bidang belajar seperti keterampilan motorik, musik, seni, dan olah raga. Hasil
tes inteligensi lebih banyak berhubungan dengan keberhasilan atau kemampuan
bidang akademik.
f.
Perbedaan dalam
Kesiapan Belajar Perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan, yang
meliputi perbedaan sosio- ekonomi dan sosiokultural, amat penting artinya bagi
perkembangan anak. Akibatnya, anak – anak pada umur yang sama tidak selalu
berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang
lebih luas, dalam hal ini pelajaran di sekolah. Kondisi fisik yang sehat, dalam
kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri ang memuaskan terhadap
pengalaman – pengalaman, disertai dengan rasa ingin tahu yang amat besar
terhadap orang – orang dan benda – benda, membantu berkembangnya kebiasaan
berbahasa dan belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya
diri, akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh, dan latar belakang
yang miskin pengalaman, mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap
individu memiliki karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Dapat di lihat dari segi perbedaan fisik, sosial, kepribadian, intelegensi, dan
kemampuan dasar seseorang. Serta perbedaan kecakapan seseorang atau kepandaian
yang semuanya itu sangat barpengaruh terhadap prilaku individu. Dengan demikian
tingkat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda - beda,
sesuai dengan kepribadian masing-masing. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ
maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan
keseimbangan metabolic. Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam
struktur da fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya
proses pematangan. Sel - sel tubuh, jaringan tubuh, organ - organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing - masing dapat memenuhi
fungsinya termasuk juga emosi, dan intelektual. Intelegensi bukanlah suatu yang
bersifat kebendaan, melainkan keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan
bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif. Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau
perilaku fisik. Seperti marah, senang, sedih, ceria dan sebagainya.
Dalam
perkembangannya setiap orang akhirnya mengetahui bahwa manusia itu saling
membantu dan di bantu , memberi dan di beri. Secara potensial manusia
dilahirkan sebagai makhluk sosial. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut ia
harus berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain. Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan
faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah
dari Tuhan Allah, yang dengannya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya,
sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai
makhluk berbudaya dan mengembangkan budayanya. Bakat merupakan kemampuan
tertentu yang di miliki oleh seseorang individu yang hanya dengan rangsangan
atau sedikit latihan kemampuan itu dapat berkembang. Bloom mengemukakan bahwa
tujuan akhir proses belajar di kelompokkan menjadi tiga sasaran yaitu:
Penguasaan pengetahuan (kognitif), Pengiasaan nilai dan sikap (afektif),
Penguasaan psikomotorik.
B.
Saran
Dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik, pendapat, dan saran yang bersifat dan
dapat membangun sangat diharapkan, agar maklah ini menjadi jauh lebih baik dan
dapat memberikan manfaat serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Syafi. 2009. Melihat Tingkah Anak: Suatu Pendekatan dalam Pendidikan. Semarang:
PT. Makmur Jaya.
Sunarto,
Hartono Agung. 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar